www.maungbandung.com - Masa krisis di awal kompetisi Liga 1 2017 perlahan dilewati Persib Bandung. Setelah tak mampu menang pada dua pertandingan beruntun sehingga tercecer di tepian zona degradasi, Maung Bandung mulai akrab dengan kemenangan.
Raupan poin penuh dinikmati seteah mempecundangi laskar wong kito Sriwijaya FC dan yang paling terbaru lalu, menang dramatis atas tuan rumah Persegres Gresik United.
Melihat koleksi poin yang membawa Persib bercokol di papan atas klasemen plus catatan belum pernah kalah, tentu saja bobotoh boleh tenang.
Tapi lain cerita jika melihat performa. Rasa gusar pasti menguat melihat penampilan Persib dalam empat pertandingan yang sudah dilakoni.
Andaikan tak melihat langsung penampilan Persib secara keseluruhan sejak awal kompetisi, rekaman statistik cukup untuk menelanjangi sisi minor Persib dalam bertahan. Persib memang baru kebobolan dua gol dari empat laga. Namun, sepanjang empat laga itu, Persib selalu lebih inferior dan ditekan lawan.
Parameternya sederhana, jumlah ancaman serius yang mengarah ke gawang Persib selalu lebih banyak ketimbang serangan terukur yang mampu diarahkan Atep dan kawan-kawan ke gawang lawan.
Dimulai ketika menjamu Arema FC, 15 April 2017. Megaduel di Bandung itu berakhir imbang tanpa gol. Meski berstatus sebagai tuan rumah, boleh dibilang Persib adalah tim yang lebih banyak kerepotan menangkal agresi tamu. Persib hanya mengirim 8 percobaan dan cuma 2 di antaranya mengarah gawang.
Sebaliknya, singo Edan melepas 9 upaya, 4 di antaranya tepat sasaran. Beruntung, aksi-aksi penyelamatan I Made Wirawan mampu menggagalkan semua peluang emas yang diproduksi Arema.
Ketika berkunjung ke arkas PS TNI, 22 April 2017, Persib juga menjadi objek yang lebih banyak teraniaya meski sempat unggul dua gol duluan. Total 17 tembakan dilancarkan oleh PS TNI, 6 di antaranya menyasar gawang dan 2 bahkan menjadi gol yang menyeimbangkan skor menjadi 2-2 di penghujung laga. Persib cuma mampu mengirim 9 ancaman, 3 akurat, dan 2 menjadi gol.
Organisasi pertahanan tak lantas membaik saat menjamu Sriwijaya FC, meski akhirnya tetap menang 2-0 29 April 2017. Malahan, Sriwijaya FC tampil dominan seperti di rumah sendiri. Sementara Maung Bandung hanya melepas 8 ancaman dengan 3 tepat sasaran. Laskar Wong Kito melepas 15 ancaman, 7 di antaranya harus dimentahkan refleks I Made Wirawan.
Hal yang paling memprihatinkan tentu saja pada performa terakhir di Gresik. Maung Bandung sangat beruntung karena mampu mengonversi 1 dari 3 peluang untuk menjadi gol pengunci kemenangan menjelang duel usai. Tapi sebelum nikmat di akhir itu, Persib sengsara dibombardir serangan Persegres Gresik United.
Sebanyak 19 ancaman menghujani pertahanan Persib. Untungnya, Muhammad Natshir tampil brilian menggagalkan 8 tembakan tepat sasaran yang mengarah ke gawangnya.
Persib memelihara bom waktu. Pelatih Persib Djadjang Nurdjaman tidak bisa membantah kenyataan tersebut. Bom waktu itu tersimpan dalam buruknya organisasi pertahanan saat menghadapi serangan lawan.
Longgarnya pengawalan sejak dari lini tengah membuat lawan-lawan Persib leluasa untuk mencabik-cabik pertahanan, atau sekadar berspekulasi dengan melepas tembakan-tembakan jarak jauh. Djanur pun mengakui, kondisi buruk tersebut tak bisa dibiarkan.
“Ya, ada celah yang membuat lawan bisa membuat banyak ancaman. Terlalu banyak shot on goal ke gawang kami. Penyebabnya, pressing di lini tengah masih lemah. Jelas itu merupakan hal buruk yang tidak bisa dibiarkan, harus segera kami perbaikinya. Bagaimanapun, tidak pada setiap pertandingan kami bisa beruntung,” ujar Djanur untuk Berita Persib.
Tidak selamanya Persib dinaungi keberuntungan. Dalam empat pertandingan terakhir, jelas sekali, keberadaan I Made Wirawan dan Natshir adalah azimat pembawa keberuntungan di tengah gempuran lawan.
Total sudah 25 penyelamatan dibuat oleh kedua penjaga gawang tersebut sehingga cuma dua gol yang menodai gawang Persib hingga pekan ke-4 kompetisi. Tapi, tidak selamanya para kiper tangguh Maung Bandung itu berada dalam posisi tepat untuk merespons ancaman dengan refleks akurat.
Maka mencegah akan lebih baik dari mengantisipasi. Persib sejatinya punya deretan gelandang bertahan tangguh untuk meredam serangan lawan lebih dini. Jangan terlalu berharap pada Michael Essien yang ketahanan fisiknya masih bermasalah. Namun, nama-nama gelandang lokal bermutu sekaliber Hariono, Kim Jeffrey Kurniawan, Dedi Kusnandar, hingga Raphael Maitimo seharusnya bisa membentuk organisasi yang kuat di lini tengah.
Solusi kini ada di tangan Djanur sebagai juru strategi untuk membangun benteng yang kuat sejak dari lini tengah.
Bagaimanapun, sekali lagi, tidak selamanya Persib dinaungi keberuntungan untuk membendung banyaknya ancaman terarah ke gawang. Apalagi, lawan selanjutnya, Persipura, adalah tim berkarakter agresor yang acap dominan dalam menguasai bola maupun melepas ancaman akurat. Bom di area pertahanan bisa meledak sewaktu-waktu. Jika tak kunjung ada solusi, kebobolan banyak gol tinggal menunggu waktu.
Sumber : Pikiran Rakyat.