Sangat Bodoh Jika Laga Persib Vs Persija Dikata El Classico !!

Sangat Bodoh Jika Laga Persib Vs Persija Dikata El Classico !!

Sangat Bodoh Jika Laga Persib Vs Persija Dikata El Classico !!

www.maungbandung.com - Jangan tanyakan seberapa besar rivalitas kedua klub besar sepakbola indonesia ini bila bertanding, sejak awal tahun 2000 hingga detik ini rivalitas klub PERSIB dan Persija intensitasnya selalu tinggi tak terkecuali gesekan kedua suporter kubu, Viking ( Bobotoh ) dan The Jackmania, hingga ada yang melabeli laga ini dengan “El Classico Indonesia“.

Sahabat Bobotoh, sebenarnya bila ingin mengulas fakta sejarah tentang rivalitas sepakbola indonesia, persaingan Maung Bandung vs Macan Kemayoran ini sesungguhnya, tidaklah lebih besar dan bahkan lebih panas dari pada pertandingan antara PERSIB lawan PSM atau Persib lawan PSMS Medan, bahkan tak lebih besar dari laga Persib lawan PSIS Solo di masa lalu.

Jika anda nanti sudah mengerti dan paham setelah membaca ini, maka anda akan seperti saya tertawa lucu ketika mendengar banyak media mengibaratkan laga kedua klub wakil jawa barat dan jakarta ini seperti derby luar negeri Barcelona vs Real Madrid yang mempunyai rivalitas abadi, padahal nyatanya hanya sebuah pertandingan sangat biasa saja.

Sangat Bodoh Jika Laga Persib Vs Persija Dikata El Classico !!

Kenapa kita harus bilang demikian ? Dan mengapa berita seputar laga pertandingan Persib vs Persija ini selalu fenomenal dan kontroversial ? Nah, sebelum penulis mengungkap untuk Berita Persib seputar fakta sejarah sesungguhnya dalam ” menolak kekeliruan ” tersebut, maka penulis akan jelaskan awal mulanya sejarah kedua klub ini.

Jika kembali kita buka buku-buku sejarah perjalanan sepakbola tanah air, maka tercatat pertandingan yang mempertemukan klub dari bandung dan jakarta berlangsung tahun 1902 di lapang Pieters Park ( sekarang Balai Kota)

Yang cukup unik kedua dari pertandingan ini adalah di lakukan oleh satu klub yang sama yaitu BVC (bataviase voetbal club) yang melawan BVC cabang bandung dan hasil petandingan itu di menang kan BVC Jakarta dengan skor 2 – 0 dan 12 – 0 di laga selanjutnya.

Dan dari kekalahan telak di laga kedua tersebutlah, lantas para pemuda di bandung terlecut untuk membentuk sebuah klub mandiri hingga akhinya berdiri klub baru bernama Uitpaning Na Ispaning, atau lebih di kenal dengan nama UNI.

Dan selama dalam perkembangannya, tercatat dalam sejarah UNI tumbuh menjadi sebuah klub yang besar yang merefresentasikan sepakbola kota bandung serta menantang klub-klub besar asal jakarta yang namanya sudah cukup terkenal saat itu sebagai klub besar seperti sparta dan hercules.

Di akhir tahun 1920-an bermunculan lah klub klub yang di didirikan oleh para pribumi dan klub klub milik belanda ini mulai tersaingi oleh klub pribumi ini dan pada tahun 1923 berdiri Bandoeng indonisische voetbal bond (BIBV) yang merupakan cikal bakal terbentuk nya persib di tahun 1933

Dan pada tahun 1928 munculah juga voetbal indonisische jacatra ( VIJ ) yang merupakan cikal bakal Persija dan dengan bond lain nya pada tahun 1930 membentuk organisasi sepakbola indonesia yang sekarang di kenal dengan nama PSSI.

Di awal 1930-an hubungan VIJ dan Persib sebenarnya mempunyai hubungan yang sangat baik karena pucuk pimpinan kedua klub itu yaitu MH Thamrin mewakili VIJ dan Otto Iskandardinata yang mewakili persib sering menggelar laga persahabatan.

Yang harus kita garis bawahi adalah, di awal dekade tersebut format kompetisi sepakbolanya adalah, wakil dari setiap regional saja yang berhak masuk final. Dan VIJ (Persija) serta BIBV (Persib) masuk ke dalam satu wilayah.

Oleh karenanya, maka ketika salah satu dari kedua klub ini ada yang masuk final, maka salah satu wakil yang tidak bisa masuk final, maka dukungan kepada siapa saja yang masuk final selalu di berikan.

Nah, dari sinilah sebenarnya sejarah harus mulai diluruskan, dimana fakta sebenarnya rival persib di dekade tahun 1930 an adalah persis solo dengan gesekan antara pendukung, pengurus dan juga pemain selalu ramai di setiap laganya.

Sejarah mencatat perseteruan itu di mulai saat kalah nya persib di kandang sendiri oleh persis tahun 1936. Dan kemudian setelahnya di balas persib dengan mengalahkan Persis di stadion sriwedari 2-1 yang menghasilkan juara pertama kali nya untuk persib.

Di dekade 40 dan 50 kegiatan sepakbola di Indonesia sempat terhenti dan di masa ini VIJ berganti mana menjadi persija setelah melebur dengan klub milik belanda VBO namun sayang di awal berdiri nya persija mayoritas pemain nya para londo atau para pemain belanda.

Dan dekade itu pun Persib dan VIJ yang kemudian berganti nama menjadi Persija, saat itu masih memiliki hubungan yang erat serta harmonis, seperti setiap adanya perpindahan pemain dari persib ke persija atau sebaliknya, tidak pernah ada sama sekali sengketa ataupun yang lain.

Jadi faktanya adalah banyak pemain bintang persib seperti Fredy Timisela, Kweet, Kiat Sek, Fatah Hidayat dan Thio Him Tjiang, itu adalah binaan asli Persija dan begitu pun sebaliknya perpindahan Soejipto Soentoro dan juga Komar yang notabenenya legenda Persija pernah berbaju persib dan pada tahun 50-an.

Saat itu, sejarah mulai mencatatkan Persib menjadi salah satu klub besar sepakbola di tanah air serta menjadi pesaing kuat dalam perebutan gelar juara di kompetisi indonesia saat itu bersama PSM Makasar.

Di sinilah cikal bakal atau mulai lahir nya rivalitas sepakbola di tanah air di masa itu antara Persib dan PSM Makasar. Dan perlu diketahui, Persija pada tahun yang sama prestasi nya sedang meredup, maka pada saat musuh besar atau rivalitas persib adalah PSM bukan lah persija !!

Sejarah mencatat, Pada masa itu PSM adalah menjadi klub terbaik sepakbola indonesia pada zamannya, dimana dengan pemainnya yang terkenal seperti “Ramang” PSM sukses merebut dan pertahankan gelar sepakbola indonesia 2 kali berturut-turut.

Namun peta persaingan mulai bergeser, ketika mulai tahun 1961 dominasi tim Juku Eja PSM Makasar itu pun, secara perlahan namun pasti mulai di patahkan oleh wakil jawa barat Persib Bandung, yang sejak tahun itu sukses menjadi kampiun dan terkuat di indonesia.

Ya, sejarah mencatat, puncak rivalitas Persib Vs PSM itu terjadi di tahun 1961, bertempat di Stadion Mattoangin yang memiliki kapasitas 20.000 penonton, di paksa harus menampung 50.000 orang yang masuk ke stadion, karena ingin melihat duel klasik klub besar saat itu.

Dan fakta sejarah sepakbola tanah air pun mencatat, bahwa jumlah penonton yang hadir dipertandingan Persib Vs PSM di stadion Mattoangin tersebut menjadi rekor jumlah penonton terbanyak di kawasan Indonesia Timur.

Sejarah terus berjalan, dan mencatatkan diri, di fase era tahun 30-an hingga 60-an hanya Persis Solo dan PSM Makasar lah yang faktanya benar-benar menjadi rival terberat Persib dalam memperebutkan juara sepakbola perserikatan dekade itu.

Nah, lalu Bagaimana dengan Persija sendiri ? Seperti yang kita ungkap di atas, bahwa Persija dan Persib di masa itu masih harmonis dan saling mendukung satu dengan yang lainnya.

Jadi, kapankah rivalitas persib dan persija itu sebenarnya dimulai ? Bila membicarakan tentang rivalitas Persib dan Persija sebenarnya kadar persainganya cuma level laga yang biasa-biasa saja.

Dari sejarah kompetisi ini berdiri dan partai final dihilangkan dengan mengubah konsep liga satu wilayah dan pemenang nya adalah peringkat satu, rivalitas terjadi ketika tim tim ini hanya bertemu di final seperti saat Persib Vs PSIS, Persib Vs PSM dan juga Persib Vs PSMS.

Hegemoni kekuatan persib pun mulai tersaingi di era tahun 83 dan 85 dan bertambah yaitu Persib Vs Persebaya di tahun 90 an. Kemenangan Persib di kandang Persebaya dengan skor 2-1 tercatat membuat rivalitas kedua klub ini dan yang di sebutkan sering memanas.

Sekali lagi, bagaimana dengan Persija ?

Sejarahnya Persib dan Persija belum pernah bertemu di final karena ketika masa jaya Persib awal tahun 30-an sampai 60-an prestasi Persija menurun dan sama halnya di tahun 70-an ketika Persija sedang berjaya, prestasi Persib menurun.

Sampai akhirnya sejumlah laga pertandingan yang memeprtemukan Persib dengan Persija hanya cuma berlabel laga pertandingan biasanya karena pada masanya keduanya belum pernah bertarung di final.

Yang jelas dari fakta sejarah sepakbola di tanah air yang penulis jelaskan di atas, ternyata rivalitas Persib dengan Persija tidak pernah sama besar atau sepanas ketika Persib duel dengan PSM,PSIS,PSMS dan Persebaya.

Fakata lainnya adalah jumlah suporter atau pendukung Persija tidaklah banyak sebelum awal 2000-an. Walaupun punya prestasi dan nama besar, namun Persija belum bisa mengambil hati masyarakat Jakarta sebagai pendukung setianya.

Pada akhirnya pada periode Gubernur Sutiyoso lah mulai dibentuk serta diorganisir kelompok pendukung Persija yang awalnya adalah para pemuda-pemuda yang disokong oleh organisasi pemuda pada saat itu dengan warna kebesaran oranye.

Fakta di atas yang telah di buktikan persib pada perjalanan kompetisi nya ynag menggangap laga pertandingan melawan persija hanyalah sebuah laga biasa karena pada masa itu memang persib lebih menakuti PSMS, Persebaya, PSM sebagai rivalitasnya.

Nah pertanyaannya sekarang adalah, jadi mengapa saat ini setiap ada pertandingan persija vs persib selalu menjadi berita kontroversial yang sangat ramai di bicarakan di banyak media, baik cetak, elektronik dan online ?

Sekarang mulai jelas kita dalam memaknai dan menilai, bahwa rivalitas Persib vs Persija bukanlah seperti Rivalitas antara klub seperti Madrid Vs Barca atau Manchester United Vs Liverpool yang mempunyai nilai historis yang panjang dan konflik klub.

Namun, jika kita jeli mencermati, justru peta rivalitas klub wakil jawa barat dan ibukota itu terjadi lebih dititik beratkan kepada persaingan dan perselisihan antara kedua kelompok supoter kubu, yaitu Viking (Bobotoh) dengan The Jackmania yang ironisnya berubah ke arah SARA.

Konflik ini semakin menjadi, dengan di perkeruhnya perselisihan antar suporter bertetangga ini oleh pemberitaan media massa yang bombastis sehingga terus terjaga.

Fatalnya, justru persaingan dan perselisihan di luar lapangan ini selama ini menghasilkan sebuah fakta yang sangat mengerikan, dimana sudah banyak korban dan nyawa berjatuhan serta tindakan-tindakan anarkis yang terus terjadi sampai saat ini.

Pertanyaannya sekarang adalah, apakah kita semuanya yang terlibat secara langsung atau tidak langsung akan kejadian yang selalu mewarnai jelang laga, selama dan sesudah pertandingan Persib vs Persija yang salah ditafsirkan sebagai laga ” El Classico Indonesia ” akan membiarkan ekses kejadian yang sungguh memprihatinkan ini ?

Tidak ada sejarah tercatat di mana pun yang berikan nama laga pertandingan Persib vs Persija itu dengan label ” El Classico “, yang ada adalah justru peta persaingan dan perselihan antara suporter Persib bandung dengan suporter Persija yang semakin menjadi.

Entah berapa korban lagi akan berjatuhan !! pertanyaannya sekarang adalah, apakah kita akan mengorbankan banyak jiwa dan materi dari ke dua belah pihak, dengan mengatasnamakan rivalitas semua yang tidak berdasarkan fakta ? apalagi menyebutnya dengan label ” El Classico ” ?

 

Loading...

Leave a Reply